Lagu rindu-rindu...

Puisi untuk anak-anak Putra yang telah saya tinggalkan...

Lagu Rindu-rindu

Pagi-pagi lagi

mereka datang

tanpa buku dan jadual waktu

yang diheret cuma wajah lesu

dan kasut penuh debu

dan lebih sering

menyanyikan lagu rindu-rindu.

Tapi kami masih mampu

menyambut mereka

di pintu sekolah

sambil mengemaskan

rambut kusut

mengikat  tali kasut

menunjukkan tempat duduk

mengingatkan jadual waktu

sesekali membetulkan lirik lagu

lalu kami bernyanyi sama-sama

lagu rindu-rindu.

Wajah lesu dan kusam ini

adalah nyawa kami

yang perlu kami jaga

adalah maruah kami

yang akan kami junjung

adalah masa depan

yang tetap kami cerahkan.

Walau dengan kusam baju, lusuh seluar

semangat lesu, mata layu

walau tidak mengenal abjad dan angka

tidak mengerti hidup untuk apa

mereka tetap menyimpan cahaya

dalam lubuk hati yang dalam

untuk harapan masa depan.

Ibu bapa mereka tidak selalu berfikir

tentang resah kami

mengatur nasib anak-anak ini

setelah menghantar anak di pintu sekolah

mereka juga melonggokkan harapan

di meja tugas kami

agar anak mereka

berbudi mulia, pandai mengira,

membaca dan lulus periksa

supaya nanti punya kerja

dan menjadi kaya.

Semua itu tugasmu guru, kata mereka

kerana mereka tak punya masa

dan tidak tahu apa-apa.

Kami dihambat pihak atasan

menjanjikan segugus markah A dan sekian GPS

sedangkan sebilangan mereka

hanya mampu mengenal suku kata

dan masih tak dapat mengeja.

Jangan berbicara tentang SBT,

tentang pengantarabangsaan pendidikan

NKRA dan harapan muluk-muluk.

Bagi kami

cukuplah mereka tahu menghargai

orang yang menyuapkan nasi

membuat kira-kira dan mengenal abc

walau hasilnya nanti

mereka tak punya pekerjaan tinggi

dan hanya jadi penoreh

nelayan atau petani.

Inilah anak-anak kami

yang akan kami gilap

menjadi intan

walau dengan payah

dan tak pernah diendah.

Biarlah kami di sini

bergelumang dengan kusam wajah

bergelut membetulkan keras lidah

sambil mengajarkan kira-kira dan cara mengeja

menjernihkan pandangan mereka

melihat dunia yang penuh warna

untuk digenggam dengan ghairah.

Lalu kami pun mekarkan senyuman

pada setiap pagi

menyambut mereka di pintu

dan bersama menyanyikan

lagu rindu-rindu.

Fariza Nurbaya Muhammad

SMK Putra, Jerteh

Utusan Malaysia 21 Mei 2012